ASUHAN
KEPERAWATAN
ATTENTION DEFICIT
HIYPERACTIVITY DISORDER

DISUSUN
OLEH :
Nama : Dodi Dwi Andika
Nim : 141264
PROGRAM STUDI
DIII KEPERAWATAN
AKADEMI
KESEHATAN KARYA HUSADA YOGYAKARTA TAHUN 2015/2016
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL................................................................................................................. 1
DAFTAR
ISI............................................................................................................................. 2
BAB I
PENDAHULUAN
PENGERTIAN................................................................................................................ 3
ETIOLOGI....................................................................................................................... 4
TANDA GEJALA........................................................................................................... 5
PROGNOSA.................................................................................................................... 7
PATWAYS...................................................................................................................... 10
TERAPI............................................................................................................................ 11
BAB
II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN.................................................................................................................. 15
DIAGNOSA...................................................................................................................... 15
PATWAYS........................................................................................................................ 16
INTERVENSI.................................................................................................................... 17
EVALUASI....................................................................................................................... 22
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................................ 23
BAB I
KONSEP MEDIK
A.
PENGERTIAN
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder
(ADHD) dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian, impulsivitas dan
hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan dan gangguan ini
dapat terjadi disekolag maupun di rumah (Isaac,2005). Pada kira-kira sepertiga
kasus, gejala-gejala menetap sampai dengan masadewasa (Townsend, 1998). ADHD
adalah salah satu alas an dan masalah kanak-kanak uyang paling umum mengapa
anak-anak dibawa untuk diperiksa oleh para professionalkesehatan mental.
Konsensus oendapat professional menyatakan bahwa kira-kira 305%atau sekitar 2
juta anak-anak usia sekolah mengidap ADHD (Martin, 1998).Sebagian besar
penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolahsampai tingkat
tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat hiperaktif.Sekitar
30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan bantuan professional
karena masalah perilaku, datang dengan keluhan yang berkaitan denganADHD (Baihaqi
dan Sugiarmin, 2006). Di beberapa negara lain, penderita ADHD jumlahnya lebih
tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Literatur mencatat, jumlahanak
hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika Serikat jumlah
anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena bila dihitung dari 300
anak yang ada,15 di antaranya menderita hiperaktif. "Untuk Indonesia
sendiri belum diketahui jumlah pastinya.Namun, anak hiperaktif cenderung
meningkat (Pikiran rakyat, 2009).
Dewasa ini, anak ADHD semakin banyak.
Sekarang prevalensi anak ADHD diIndonesia meningkat menjadi sekitar 5% yang
berarti 1 dari 20 anak menderita ADHD.Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai
faktor seperti genetik ataupun pengaruhlingkungan yang lain, seperti pengaruh
alkohol pada kehamilan, kekurangan omega 3,alergi terhadap suatu makanan, dll
(Verajanti, 2008).
Sindroma hiperaktivitas merupakan
istilah gangguan kekurangan perhatian menandakan gangguan-gangguan sentral yang
terdapat pada anak-anak, yang sampai saat ini dicap sebagai menderita
hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral
minimal. (Nelson, 1994)
ADHD
merupakan singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, yaitu sebuah
gangguan pada perkembangan otak yang menyebabkan penderitanya menjadi
hiperaktif, impulsif, serta susah memusatkan perhatian. Kondisi ini dulunya
sikenal dengan ADD atau Attention Deficit Disorder.
ADHD
adalah kondisi yang bisa terdapat pada anak-anak, remaja bahkan pada orang
dewasa. Namun gejalanya biasanya mulai berkembang pada masa kanak-kanak dan
berlanjut hingga dewasa. Diperkirakan terdapat 3-5 persen anak-anak atau anak
usia sekolah yang mengalami kondisi ini. Tanpa penanganan yang tepat, ADHD
dapat menimbulkan konsekuensi yang serius seperti mal-prestasi
(under-achievement), kegagalan di sekolah atau pekerjaan, susah menjalin
hubungan atau interaksi sosial, rasa tidak percaya diri yang parah, dan juga
depresi kronis.
B.
ETIOLOGI
ADHD sendiri sebenarnya adalah kondisi
neurologis (terkati dengan syaraf ) yang menimbulkan masalah dalam pemusatan
perhatian dan hiperaktifitas-impulsivitas, yang tidak sejalan dengan
perkembangan usia anak. Jadi ADHD lebih pada kegagalan perkembangan fungsi
sirkuit/jaringan otak yang bekerja menghambat monitoring dan kontrol diri,
bukan semata-mata
gangguan perhatian seperti asumsi selama ini. Hilangnya regulasi diri ini
menganggu fungsi otak yang lain dalam memelihara perhatian, termasuk kemampuan
membedakan antara imbalan yang segera diterima dengan keuntungan yang akan
diperoleh di waktu yang akan datang.
Sayang sekali penyebab sebenarnya tidak
diketahui. Teori lama mengatakan penyebabnya antara lain adalah keracunan,
komplikasi pada saat melahirkan, alergi terhadap gula dan beberapa jenis
makanan, dan kerusakan pada otak. Meskipun teori ini ada benarnya, banyak kasus
ADHD yang tidak cocok dengan penyebab tersebut. Penelitian membuktikan bahwa
ADHD ada hubungannya dengan genetika seorang anak. Bukan berarti kalau salah
seorang orang tua menderita ADHD, si anak juga akan menderita ADHD. Juga tidak
berarti jika si anak menderita ADHD karena ada kerabat dekat yang menderita
ADHD. ADHD si anak bukan berarti kesalahan ada pada anda. Kadang-kadang anda
merasa sebagai orang tua yang tidak baik yang tidak dapat mengatur si anak,
atau mungkin ada orang lain atau seorang guru yang mengatakan bahwa anda
bukanlah orang tua yang baik. Yakinkan bahwa anda melakukan yang terbaik untuk
anak anda.
Kelainan-Kelainan Otak pada anak dengan
ADHD, system kerja otaknya berbeda. ADHD bukan disebabkan karena kesulitan pada
saat kehamilan atau melaihrkan. Pada dasarnya, otak penderita ADHD tidak
mempunyai kegiatan kimiawi yang cukup untuk mengatur dan mengendalikan apa yang
si penderita lakukan atau pikirkan. Pengobatan akan menaikkan aktivitas otak
dan memberikan tambahan energi pada otak untuk mengendalikan pikiran dan
tingkah laku. Pada otak penderita ADHD kegiatan / aktivitas otaknya lebih
sedikit (warna merah/oranye/putih) dibandingkan dengan otak anak yang tidak
menderita ADHD.
C.
TANDA
GEJALA
ADHD cenderung lebih sering terjadi dan
mudah terdeteksi pada laki-laki daripada perempuan. Contohnya anak laki-laki
umumnya memiliki perilaku yang lebih hiperaktif sementara anak perempuan
cenderung lebih diam, tapi sulit berkonsentrasi.
Faktor Risiko dalam ADHD belum diketahui
dengan pasti. Tetapi sejumlah penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor
yang dapat memengaruhi tingkat risiko seseorang. Faktor-faktor risiko tersebut
antara lain faktor keturunan, pengaruh kelainan pada sistem saraf pusat, serta
pengaruh kelahiran premature.
Gejala-gejala ADHD umumnya terlihat
sejak usia dini, yaitu sebelum usia enam tahun dan cenderung makin jelas ketika
terjadi perubahan pada situasi di sekitar sang anak, misalnya mulai belajar di
sekolah. Sebagian besar kasus ADHD terdeteksi pada usia 6-12 tahun dengan
gejala yang meliputi:
a.
Sulit berkonsentrasi.
b.
Sulit mematuhi
instruksi.
c.
Cenderung terlihat
tidak mendengarkan.
d.
Mudah merasa bosan.
e.
Tidak bisa diam atau
gelisah.
f.
Tidak sabar.
g.
Sering lupa dan
kehilangan barang, misalnya alat tulis.
h.
Kesulitan dalam
mengatur.
i.
Sering tidak
menyelesaikan tugas yang diberikan dan beralih-alih tugas.
j.
Selalu bergerak atau
sangat aktif secara fisik.
k.
Bertindak tanpa berpikir
panjang.
l.
Kurang memahami bahaya
atau konsekuensi buruk.
m.
Sering memotong
pembicaraan orang lain.
Berbeda dengan gejala-gejala ADHD pada anak-anak dan
remaja yang mudah dikenali, gejala ADHD pada orang dewasa termasuk sulit
dideteksi. Para pakar menduga bahwa gejala ADHD yang dialami seseorang saat
dewasa berawal dari masa kanak-kanak. Gejala-gejala
ADHD yang umumnya dialami anak-anak dan remaja di atas juga terkadang dialami
oleh penderita dewasa, tapi dengan intensitas yang berbeda. Perilaku hiperaktif
biasanya akan berkurang, sementara gejala sulit konsentrasi cenderung bertambah
parah seiring meningkatnya tekanan hidup.
Penderita ADHD dewasa umumnya akan mengalami masalah
dalam pendidikan maupun pekerjaan, misalnya karena kemampuan organisasi yang
buruk atau tidak bisa menentukan prioritas. Kehidupan dan hubungan sosialnya
juga bisa terhambat, contohnya sulit memiliki teman atau pasangan. ADHD tidak akan memicu gangguan
psikologis atau perkembangan lain. Tetapi kondisi ini biasanya dapat dialami
bersamaan dengan beberapa gangguan lain seperti depresi, gangguan bipolar,
serta gangguan obsesif kompulsif atau OCD.
Jika menduga anak Anda mengalami sebagian besar
gejala ADHD, sebaiknya segera membawanya ke dokter. Serangkaian pemeriksaan
fisik serta psikologis akan dilakukan guna mendiagnosis jenis gangguan serta
mengevaluasi pemicunya.
D.
PROGNOSA
a) Ciri-Ciri
Anak Hiperaktif
a. Tidak ada perhatian
Ketidakmampuan memusatkan perhatian atau ketidakmampuan berkonsentrasi
pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran. Dan sering tidak
mendengarkan perkataan orang lain.
b. Hiperakti
Mempunyai
terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus menerus, tidak mampu duduk
diam, selalu bergerak, dan sulit tidur.
c. Impulsif
Sulit
untuk menunggu giliran dalam permainan, sulit mengatur pekerjaannya, bertindak
tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot
bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih
dahulu akibatnya.
d. Menentang
Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap penentang,
pembangkang atau tidak mau mengikuti peraturan. Misalnya, penderita akan marah
jika dilarang berlari ke sana kemari, coret-coret atau naik-turun tak mau
berhenti. Dan penolakannya juga bisa dalam bentuk cuek.
e. Destruktif
Perilakunya
bersifat destruktif atau merusak. Ketika menyusun lego misalnya, anak
aktif akan menyelesaikannya dengan baik sampai lego tersusun rapi. Sebaliknya
anak hiperaktif bukan menyelesaikannya malah menghancurkan mainan lego yang
sudah tersusun rapi. Terhadap barang-barang yang ada di rumah, seperti vas atau
pajangan lain, kecenderungan anak untuk menghancurkannya juga sangat besar.
Oleh karena itu, anak hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-barang yang
mudah dipegang dan mudah rusak.
f. Tanpa tujuan
Semua
aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas. Kalau anak aktif, ketika naik ke atas
kursi punya tujuan, misalnya ingin mengambil mainan atau bermain peran sebagai
Superman. Anak hiperaktif melakukannya tanpa tujuan. Dia hanya naik dan turun
kursi saja.
g. Tidak sabar dan usil
Yang
bersangkutan juga tidak memiliki sifat sabar. Ketika bermain dia tidak mau
menunggu giliran. “Ketika dia ingin memainkan mobil-mobilan yang sedang
dimainkan oleh temannya, dia langsung merebut tanpa ba-bi-bu,” komentar Sani.
Tak hanya itu, anak hiperaktif pun seringkali mengusili temannya tanpa
alasan yang jelas. Misalnya, tiba-tiba memukul, mendorong, menimpuk, dan
sebagainya meskipun tidak ada pemicu yang harus membuat anak melakukan hal seperti
itu.
b) Faktor-Faktor
Penyebab Hiperaktif pada Anak
Beberapa hal
yang dapat menyebabkan perilaku hiperaktif ialah :
·
Kondisi saat hamil
& persalinan. Misalnya keracunan pada akhir kehamilan (ditandai dengan
tingginya tekanan darah, pembengkakan kaki & ekskresi protein melalui
urin), cedera pada otak akibat komplikasi persalinan.
·
Cedera otak sesudah
lahir,yang disebabkan oleh benturan kuat pada kepala anak.
·
Tingkat keracunan
timbal yang parah dapat mengakibatkan kerusakan otak. Hal ini ditandai dengan
kesulitan konsentrasi, belajar dan perilaku hiperaktif. Polusi timbal berasal
dari industri peleburan baterai, mobil bekas, asap kendaraan atau cat rumah
yang tua. Obat untuk mengeluarkan timbal dari dalam tubuh hanya diberikan
dibawah pengawasan dokter bagi anak kadar timbalnya sudah sangat tinggi, karena
obat tersebut mempunyai efek samping.
·
Lemah pendengaran, yang
disebabkan infeksi telinga sehingga anak tidak dapat mereproduksi bunyi yang
didengarnya. Akibatnya, tingkah laku menjadi tidak terkendali & perkembangan
bahasanya yang lamban. Segeralah hubungi dokter THT jika anak menunjukkan ciri
berikut : perkembangan bahasa yang lambat, lebih banyak memperhatikan mimik
lawan bicara & lebih banyak berreaksi terhadap perubahan mimik &
isyarat.
·
Faktor psikis, yang
lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan anak dengan dunia luar. Meskipun jarang,
hubungan dengan anggota keluarga dapat pula menjadi penyebab hiperaktivitas.
Contoh kasus, orang tua yang bersikap sangat tegas menyuruh anak berdiri 15
menit di pojok ruangan untuk mengatasi ketidakdisiplinannya. Tapi setelah 15
menit berlalu, maka anak malah mempunyai energi berlebih yang siap meledak
dengan akibat lebih negatif dibanding kesalahan sebelumnya.
E.
PATWAYS








-Dophamint -Kecemasan
yang
-Norepinephrine Faktor biologis tinggi sewakti kecil
-Cidera otak traimat
![]() |
![]() |
![]() |
|||
Pengaturan Pikiran bekerja
Neurotransmiter sangat baik

![]() |
|
Anak menjadi

diri
F.
TERAPI
Meski tidak bisa disembuhkan sepenuhnya,
ada beberapa jenis obat serta terapi untuk ADHD yang dapat dipilih.
Langkah-langkah penanganan ini dilakukan guna meringankan gejala sehingga
penderita dapat menikmati hidup yang normal dan lebih berkualitas.
Meski demikian, tidak ada jalan pintas
untuk menangani ADHD. Dibutuhkan komitmen waktu, emosi, serta finansial untuk
menemukan kombinasi metode penanganan ADHD yang tepat dan cocok untuk Anda atau
anak Anda
1. Penanganan
dengan Obat-obatan
Meski
tidak bisa menyembuhkan, obat-obatan dapat mengurangi gejala-gejala ADHD.
Terdapat empat jenis obat yang biasa digunakan, yaitu methylphenidate,
dexamfetamine, lisdexamfetamine, dan atomoxetine.
Methylphenidate,
dexamfetamine, dan lisdexamfetamine termasuk dalam golongan obat stimulan.
Obat-obatan ini akan memicu peningkatan aktivitas otak, terutama pada bagian
yang mengendalikan kemampuan konsentrasi dan perilaku. Efek obat-obat ini
adalah penderita menjadi lebih tenang, kurang impulsif, dan bisa fokus.
Methylphenidate
umumnya digunakan untuk remaja dan anak-anak di atas enam tahun. Jika pasien
tidak cocok dengan obat ini, dokter akan menggantinya dengan dexamfetamine.
Sementara dexamfetamine dianjurkan untuk anak-anak di atas usia tiga tahun.
Jika
obat jenis stimulan tidak cocok untuk pasien, misalnya karena alasan kesehatan
tertentu, dokter biasanya akan memberikan atomoxetine. Obat ini termasuk jenis
selective noradrenaline reuptake inhibitor (SNRI). SNRI akan meningkatkan kadar
senyawa noradrenalin dalam otak sehingga dapat membantu daya konsentrasi dan
mengendalikan impuls. Atomoxetine bisa diresepkan untuk remaja dan anak-anak di
atas enam tahun.
Semua
obat pasti memiliki efek samping, termasuk obat-obatan untuk ADHD. Beberapa
efek samping yang umum terjadi saat menggunakannya adalah sakit kepala, tidak
nafsu makan, dan gangguan pencernaan. Tetapi pengguna atomoxetine harus lebih
waspada karena obat ini juga diduga dapat memicu efek samping yang lebih
serius, yaitu memicu keinginan bunuh diri serta kerusakan hati.
Pasien
yang sudah menjalani langkah penanganan sebaiknya memeriksakan diri secara
rutin ke dokter sampai gejala-gejala ADHD berkurang secara signifikan. Setelah
kondisinya membaik pun, pasien tetap dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan
secara berkala.
2. Penanganan
Melalui Terapi
Selain
obat, penanganan ADHD dapat dilengkapi dengan terapi. Metode ini juga berguna
untuk menangani gangguan-gangguan lain yang mungkin menyertai ADHD, misalnya
depresi. Jenis-jenis terapi yang dapat menjadi pilihan meliputi:
·
Terapi perilaku
kognitif atau CBT (cognitive behavioural therapy). Terapi ini akan membantu
penderita ADHD untuk mengubah pola pikir dan perilaku saat menghadapi masalah
atau situasi tertentu.
·
Terapi psikologi.
Penderita ADHD akan diajak untuk berbagi cerita dalam terapi ini, misalnya
kesulitan mereka dalam mengatasi gejala-gejala ADHD dan mencari cara untuk
mengatasi gejala.
·
Pelatihan interaksi
sosial. Jenis terapi ini dapat membantu penderita ADHD untuk memahami perilaku
sosial yang layak dalam situasi tertentu. Orang-orang yang dekat dengan
penderita ADHD seperti orang tua, saudara, serta guru juga membutuhkan
pengetahuan serta bantuan agar dapat membimbing para penderita. Berikut ini
beberapa jenis terapi dan pelatihan yang mungkin dapat berguna.
·
Terapi perilaku. Dalam
terapi ini, orang tua serta perawat penderita ADHD akan dilatih untuk menyusun
strategi guna membantu si penderita dalam berperilaku sehari-hari dan mengatasi
situasi yang sulit. Misalnya dengan menerapkan sistem pujian untuk menyemangati
pasien.
·
Program pelatihan dan
pengajaran untuk orang tua. Selain membantu orang tua untuk lebih memahami
perilaku penderita ADHD, langkah ini juga dapat memberikan gambaran tentang
bimbingan spesifik yang dibutuhkan penderita.
Terdapat
beberapa saran terapi yang menurut para ahli dapat digunakan untuk menangani
anak-anak dengan ADHD.
No
|
Nama
Terapi
|
1
|
Terapi
Bermain
|
2
|
Terapi
Medis
|
3
|
Terapi
Back in Control
|
1. Terapi
Bermain
Terapi
bermain sering digunakan untuk menangani anak-anak dengan ADHD. Melalui proses
bermain anak-anak akan belajar banyak hal, diantaranya :
·
Belajar mengenal aturan
·
Belajar mengendalikan
emosi
·
Belajar menunggu
giliran
·
Belajar membuat
perencanaan
·
Belajar beberapa cara
untuk mencapai tujuan melalui proses bermain
2. Terapi
Medis
Beberapa bukti ilmiah menunjukkan bahwa
ADHD berhubungan dengan fungsi otak, terutama pada bagian yang bertanggung
jawab mengatur pemusatan perhatian, konsentrasi, pengaturan emosi, dan
pengendalian perilaku. Terapi medis biasanya berupa pemberian beberapa macam
obat dengan sasaran area tersebut, yaitu membantu memusatkan perhatian dan
mengendalikan perilaku, termasuk perilaku agresif.
3. Terapi
Back in Control
Beberapa penelitian terakhir membuktikan
bahwa cara terbaik untuk menangani anak dengan ADHD adalah dengan
mengkombinasikan beberapa pendekatan dan metode penanganan. Program terapi
“Back in Control” dikembangkan oleh Gregory Bodenhamer. Program ini berbasis
pada sistem yang berdasar pada aturan, jadi tidak tergantung pada keinginan
anak untuk patuh. Program ini lebih cenderung ke sistem training bagi orang tua
yang diharapkan dapat menciptakan sistem aturan yang berlaku di rumah sehingga
dapat mengubah perilaku anak.
Demi efektivitas program, sebaiknya
orang tua bekerja sama dengan pihak sekolah untuk melakukan proses yang sama
bagi anaknya ketika dia di sekolah. Orang tua harus selalu melakukan monitoring
dan evaluasi secara berkelanjutan dan konsisten atas program yang dijalankan.
Begitu juga ketika program ini dilaksanakan bersama-sama dengan pihak
sekolah maka orang tua sangat memerlukan keterlibatan guru dan petugas di
sekolah untuk melakukan proses monitoring dan evaluasi.
Dalam program ini, yang harus dilakuan orang tua
adalah :
a. Definisikanlah
aturan secara jelas dan tepat. Buat aturan sejelas mungkin sehingga pengasuh
pun dapat mendukung pelaksanaan tanpa banyak penyimpangan.
b. Jalankan
aturan tersebut dengan ketat
c. Jangan
memberi imbalan atau hukuman atas tanggapan terhadap aturan itu. Jalankan saja
sesuai yang sudah ditetapkan
d. Jangan
pernah berdebat dengan anak tentang sebuah aturan. Gunakan kata-kata kunci yang
tidak akan diperdebatkan.
ADHD memang tidak bisa disembuhkan, tapi diagnosis dan
penanganan yang tepat sejak dini dapat membantu penderita dalam beradaptasi
dengan kondisi dirinya.
BAB
II
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1) Domain
12 Kenyamann
·
Tidak bisa bermain
dengan tenang
·
Susah berdiam diri,
menggeliat, gelisah dan sering berdiri kembali ketika duduk
·
Selalu bergerak,
seperti berlari atau memanjat sesuatu
·
Tidak bisa duduk dengan
tenang
2) Domain
11 keamanan dan perlindungan
Bertindak impulsive tanpa
memikirkan konsekuensinya, seperti berlari di tengah acara formal, mengejar sesuatu
yang berbahaya, sehingga dapat terjadi riwayat cidera fisik.
3) Domain
4 aktifitas
Memiliki kecenderungan susah tidur
dan mengigau saat tidur
4) Domain
13 pertumbuhan/perkembangan
Anak dapat tampak imatur dan terlambat
tingkat perkembanganya
B. DIAGNOSA
1.
Kerusakan
interaksi sosial berhubungan dengan disabilitas perkembangan (hiperaktivitas).
2.
Perubahan
proses pikir berhubungan dengan gangguan kepribadian.
3.
Resiko
perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan anak dengan gangguan
pemusatan perhatian hiperaktivitas.
4.
Resiko
cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif)
5.
Resiko
keterlambatan perkembangan berhubungan dengan penyakit mental (hiperaktivitas),
kurang konsentrasi.
PATWAY
KEPERAWATAN





Neurologis herediter lingkungan
![]() |
![]() |
![]() |
-Dophamint -Kecemasan
yang
-Norepinephrine Faktor biologis tinggi sewakti kecil

![]() |
|||
![]() |
|||
Pengaturan Pikiran bekerja
Neurotransmiter sangat baik


|
|
||||
Anak menjadi

diri
![]() |
||||
|
C. INTERVENSI
1. Kerusakan
interaksi sosial berhubungan dengan disabilitas perkembangan (hiperaktivitas).domain
4 aktifitas/istirahat
NOC : Ketrampilan interaksi social
Tujuan : Pasien mampu menunjukan interaksi social yang baik.
Kriteria Hasil :
·
Menunjukan perilaku yang dapat meningkatkan atau memperbaiki
interaksi social
·
Mendapatakan atau meningkatkan ketrampilan interaksi social
(misalnya: kedekatan, kerja sama, sensitivitas dan sebagainya).
·
Mengungkapkan keinginan untuk berhubungan dengan orang lain.
·
Indicator skala :
1) Tidak ada
2) Terbatas
3) Sedang
4) Banyak
NIC : Peningkatan sosialisasi,
aktivitas keperawatan :
·
Kaji pola interaksi
antara pasien dan orang lain
·
Anjurkan pasien untuk
bersikap jujur dalam berinteraksi dengan orang lain dan menghargai hak orang
lain.
·
Identifikasi perubahan
perilaku yang spesifik.
·
Bantu pasien
meningkatkan kesadaran akan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi
dengan orang lain.
·
Berikan umpan balik
yang positif jika pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
2.
Perubahan proses pikir
berhubungan dengan gangguan kepribadian.
NOC :
Konsentrasi
Tujuan : Pasien dapat berkonsentrasi secara penuh terhadap obyek
atau benda- benda disekitarnya
Kriteria Hasil :
·
Menunjukan proses pikir yang logis, terorganisasi.
·
Tidak mudah terganggu / focus terhadap sesuatu
·
Berespon dengan baik terhadap stimulus.
·
Indikator skala :
1) Tidak pernah
2) Jarang
3) Kadang-kadang
4) Sering
5) Konsisten
NIC : Pengelolaan Konsentrasi,
aktivitas keperawatan :
·
Berikan pada anak yang membutuhkan ketrampilan dan perhatian
·
Kurangi stimulus yang berlebihan terhadap orang-orang dan
lingkungan dan orang/bebda-benda disekitarnya.
·
Berikan umpan balik yang positif dan perilaku yang sesuai.
·
Bantu anak untuk mengidentifikasikan benda-benda
disekitarnya seperti, memberikan permainan-permainan yang dapat merangsang
pusat konsentrasi.
·
Kolaborasi medis dalam pemberian terapi obat stimulan untuk
anak dengan gangguan pusat konsentrasi.
3. Resiko
perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan anak dengan gangguan
pemusatan perhatian hiperaktivitas. Domain 7 hubungan peran
NOC
: Menjadi orang tua
Tujuan : Orang tua
mampu menghadapi kemungkinan resiko yang terjadi
terhadap anak dengan hiperaktivitas.
Kriteria Hasil :
·
Mempunyai harapan peran orang tua yang realistis
·
Mengidentifikasi factor-faktor resiko dirinya yang dapat
mengarah menjadi orang tua yang tidak efektif.
·
Mengungkapkan dengan kata-kata sifat positif dari anak.
·
Indikator skala :
1) Tidak sama sekali
2) Sedikit
3) Sedang
4) Kuat
5) Adekuat total
NIC : Peningkatan Perkembangan,
aktivitas keperawatan :
·
Berikan informasi kepada orang tua tentang bagaimana cara
mengatasi perilaku anak yang hiperaktif.
·
Ajarkan pada orang tua tentang tahapan penting perkembangan
normal dan perilaku anak.
·
Bantu orang tua dalam mengimplementasikan program perilaku
anak yang positif.
·
Bantu keluarga dalam membuat perubahan dalam lingkungan
rumah yang dapat menurunkan perilaku negative anak.
4. Resiko
cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif). Domain 11
keamanan/perlindungan
NOC
: Pengendalian Resiko
Tujuan : Klien dapat
terhindar dari resiko cedera
Kriteria Hasil :
·
Mengubah gaya hidup untuk mengurangii resiko.
·
Pasien/keluarga akan mengidentifikasikan resiko yang dapat
meningkatkan kerentanan terhadap cedera.
·
Orang tua akan memilih permainan, memberi perawatan dan
kontak social lingkungannya dengan baik.
·
Indikator skala :
1) Tidak pernah
2) Jarang
3) Kadang-kadang
4) Sering
5) Konsisten
NIC : Mencegah Jatuh, aktivitas
keperawatan :
·
Identifikasikan factor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan,
misalnya: perubahan status mental, keletihan setelah beraktivitas, dll.
·
Berikan materi pendidikan yang berhubungan dengan strategi
dan tindakan untuk mencegah cedera.
·
Berikan informasi mengenai bahaya lingkungan dan
karakteristiknya (misalnya : naik tangga, kolam renang jalan raya, dll )
·
Hindarkan benda-benda disekitar pasien yang dapat
membahayakan dan menyebabkan cidera.
·
Ajarkan kepada pasien untuk berhati-hati dengan alat
permainannya dan intruksikan kepada keluarga untuk memilih permainan yang
sesuai dan tidak menimbulkan cedera.
5. Resiko
keterlambatan perkembangan berhubungan dengan. penyakit mental
(hiperaktivitas), kurang konsentrasi.
NOC :
Child Development
Tujuan : Pasien tidak
mengalami keterlambatan perkembangan
Kriteria Hasil :
·
Anak akan mencapai tahapan dalam perkembangan yaitu tidak
mengalami keterlambatan 25 % atau lebih area sosial/perilaku pengaturan diri
atau kognitif , bahasa, keterampilan motorik halus dan motorik kasar.
·
Indikator skala :
1) Tidak pernah menunjukkan
2) Jarang
3) Kadang-kadang
4) Sering
5) Konsisten
NIC: Meningkatan Perkembangan
·
Lakukan pengkajian kesehatan yang seksama (misalnya, riwayat
anak, temperamen, budaya, lingkungan keluarga, skrining perkembangan) untuk
menentukan tingkat fungsional.
·
Berikan aktivitas bermain yang sesuai, dukung beraktivitas
dengan anak lain.
·
Kaji adanya faktor resiko pada saat prenatal dan pasca
natal.
·
Berkomunikasi dengan pasien sesuai dengan tingkat kognitif
pada perkembangannya.
·
Berikan penguatan yang positif/umpan balik terhadap
usaha-usaha mengekspresikan diri.
·
Ajarkan kepada orang tua tentang hal-hal penting dalam
perkembangan anak.
D. EVALUASI
1. Kemampuan
interaksi sosial
2. Proses
pikir
3. Fokus
terhadap sesuatu
4. Respon
terhadap stimulus
5. Harapan
peran orang tua
6. Mengungkapkan
dengan kata sifat positif
7. Gaya
hidup untuk mengurangi resiko
DAFTAR
PUSTAKA
Behrman,
Richard E. 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC
Betz,
Cecily L. Buku saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
Hidayat,
Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.
Jhonson,
Marion, dkk. 2000. NOC. Jakarta: Morsby.
McCloskey,
Cjoane, dkk. 1995.NIC. Jakarta: Morsby.
1 komentar:
Gambling site reviews for UK casino sites. Get free £30 bonus
Gambling site reviews 넷마블 포커 for UK 바카라몬 casino sites. Get free 손 풀기 게임 £30 bonus for 토토꽁머니 Gambling site reviews for UK casino 토토 폴리스 sites. Get free £30 bonus for
Posting Komentar