Jumat, 03 Maret 2017

ASUHAN KEPERAWATAN ATTENTION DEFICIT HIYPERACTIVITY DISORDER

ASUHAN KEPERAWATAN
ATTENTION DEFICIT HIYPERACTIVITY DISORDER

Description: Akes-Karya-Husada

DISUSUN OLEH  :
Nama         : Dodi Dwi Andika
Nim            : 141264

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KESEHATAN KARYA HUSADA YOGYAKARTA TAHUN 2015/2016

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2
BAB  I  PENDAHULUAN
          PENGERTIAN................................................................................................................ 3
          ETIOLOGI....................................................................................................................... 4
          TANDA GEJALA........................................................................................................... 5
          PROGNOSA.................................................................................................................... 7
          PATWAYS...................................................................................................................... 10
          TERAPI............................................................................................................................ 11

BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
        PENGKAJIAN.................................................................................................................. 15
        DIAGNOSA...................................................................................................................... 15
        PATWAYS........................................................................................................................ 16
        INTERVENSI.................................................................................................................... 17
        EVALUASI....................................................................................................................... 22


DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 23



BAB I
KONSEP MEDIK
A.    PENGERTIAN
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolag maupun di rumah (Isaac,2005). Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap sampai dengan masadewasa (Townsend, 1998). ADHD adalah salah satu alas an dan masalah kanak-kanak uyang paling umum mengapa anak-anak dibawa untuk diperiksa oleh para professionalkesehatan mental. Konsensus oendapat professional menyatakan bahwa kira-kira 305%atau sekitar 2 juta anak-anak usia sekolah mengidap ADHD (Martin, 1998).Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolahsampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat hiperaktif.Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan bantuan professional karena masalah perilaku, datang dengan keluhan yang berkaitan denganADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Di beberapa negara lain, penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Literatur mencatat, jumlahanak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena bila dihitung dari 300 anak yang ada,15 di antaranya menderita hiperaktif. "Untuk Indonesia sendiri belum diketahui jumlah pastinya.Namun, anak hiperaktif cenderung meningkat (Pikiran rakyat, 2009).

Dewasa ini, anak ADHD semakin banyak. Sekarang prevalensi anak ADHD diIndonesia meningkat menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari 20 anak menderita ADHD.Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik ataupun pengaruhlingkungan yang lain, seperti pengaruh alkohol pada kehamilan, kekurangan omega 3,alergi terhadap suatu makanan, dll (Verajanti, 2008).


Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah gangguan kekurangan perhatian menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak, yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal. (Nelson, 1994)
ADHD merupakan singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, yaitu sebuah gangguan pada perkembangan otak yang menyebabkan penderitanya menjadi hiperaktif, impulsif, serta susah memusatkan perhatian. Kondisi ini dulunya sikenal dengan ADD atau Attention Deficit Disorder.
ADHD adalah kondisi yang bisa terdapat pada anak-anak, remaja bahkan pada orang dewasa. Namun gejalanya biasanya mulai berkembang pada masa kanak-kanak dan berlanjut hingga dewasa. Diperkirakan terdapat 3-5 persen anak-anak atau anak usia sekolah yang mengalami kondisi ini. Tanpa penanganan yang tepat, ADHD dapat menimbulkan konsekuensi yang serius seperti mal-prestasi (under-achievement), kegagalan di sekolah atau pekerjaan, susah menjalin hubungan atau interaksi sosial, rasa tidak percaya diri yang parah, dan juga depresi kronis.

B.     ETIOLOGI
ADHD sendiri sebenarnya adalah kondisi neurologis (terkati dengan syaraf ) yang menimbulkan masalah dalam pemusatan perhatian dan hiperaktifitas-impulsivitas, yang tidak sejalan dengan perkembangan usia anak. Jadi ADHD lebih pada kegagalan perkembangan fungsi sirkuit/jaringan otak yang bekerja menghambat monitoring dan kontrol diri, bukan semata-mata gangguan perhatian seperti asumsi selama ini. Hilangnya regulasi diri ini menganggu fungsi otak yang lain dalam memelihara perhatian, termasuk kemampuan membedakan antara imbalan yang segera diterima dengan keuntungan yang akan diperoleh di waktu yang akan datang.
Sayang sekali penyebab sebenarnya tidak diketahui. Teori lama mengatakan penyebabnya antara lain adalah keracunan, komplikasi pada saat melahirkan, alergi terhadap gula dan beberapa jenis makanan, dan kerusakan pada otak. Meskipun teori ini ada benarnya, banyak kasus ADHD yang tidak cocok dengan penyebab tersebut. Penelitian membuktikan bahwa ADHD ada hubungannya dengan genetika seorang anak. Bukan berarti kalau salah seorang orang tua menderita ADHD, si anak juga akan menderita ADHD. Juga tidak berarti jika si anak menderita ADHD karena ada kerabat dekat yang menderita ADHD. ADHD si anak bukan berarti kesalahan ada pada anda. Kadang-kadang anda merasa sebagai orang tua yang tidak baik yang tidak dapat mengatur si anak, atau mungkin ada orang lain atau seorang guru yang mengatakan bahwa anda bukanlah orang tua yang baik. Yakinkan bahwa anda melakukan yang terbaik untuk anak anda.
Kelainan-Kelainan Otak pada anak dengan ADHD, system kerja otaknya berbeda. ADHD bukan disebabkan karena kesulitan pada saat kehamilan atau melaihrkan. Pada dasarnya, otak penderita ADHD tidak mempunyai kegiatan kimiawi yang cukup untuk mengatur dan mengendalikan apa yang si penderita lakukan atau pikirkan. Pengobatan akan menaikkan aktivitas otak dan memberikan tambahan energi pada otak untuk mengendalikan pikiran dan tingkah laku. Pada otak penderita ADHD kegiatan / aktivitas otaknya lebih sedikit (warna merah/oranye/putih) dibandingkan dengan otak anak yang tidak menderita ADHD. 

C.    TANDA GEJALA
ADHD cenderung lebih sering terjadi dan mudah terdeteksi pada laki-laki daripada perempuan. Contohnya anak laki-laki umumnya memiliki perilaku yang lebih hiperaktif sementara anak perempuan cenderung lebih diam, tapi sulit berkonsentrasi.
Faktor Risiko dalam ADHD belum diketahui dengan pasti. Tetapi sejumlah penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi tingkat risiko seseorang. Faktor-faktor risiko tersebut antara lain faktor keturunan, pengaruh kelainan pada sistem saraf pusat, serta pengaruh kelahiran premature.

Gejala-gejala ADHD umumnya terlihat sejak usia dini, yaitu sebelum usia enam tahun dan cenderung makin jelas ketika terjadi perubahan pada situasi di sekitar sang anak, misalnya mulai belajar di sekolah. Sebagian besar kasus ADHD terdeteksi pada usia 6-12 tahun dengan gejala yang meliputi:
a.      Sulit berkonsentrasi.
b.      Sulit mematuhi instruksi.
c.       Cenderung terlihat tidak mendengarkan.
d.      Mudah merasa bosan.
e.       Tidak bisa diam atau gelisah.
f.       Tidak sabar.
g.      Sering lupa dan kehilangan barang, misalnya alat tulis.
h.      Kesulitan dalam mengatur.
i.        Sering tidak menyelesaikan tugas yang diberikan dan beralih-alih tugas.
j.        Selalu bergerak atau sangat aktif secara fisik.
k.      Bertindak tanpa berpikir panjang.
l.        Kurang memahami bahaya atau konsekuensi buruk.
m.    Sering memotong pembicaraan orang lain.
Berbeda dengan gejala-gejala ADHD pada anak-anak dan remaja yang mudah dikenali, gejala ADHD pada orang dewasa termasuk sulit dideteksi. Para pakar menduga bahwa gejala ADHD yang dialami seseorang saat dewasa berawal dari masa kanak-kanak. Gejala-gejala ADHD yang umumnya dialami anak-anak dan remaja di atas juga terkadang dialami oleh penderita dewasa, tapi dengan intensitas yang berbeda. Perilaku hiperaktif biasanya akan berkurang, sementara gejala sulit konsentrasi cenderung bertambah parah seiring meningkatnya tekanan hidup.
Penderita ADHD dewasa umumnya akan mengalami masalah dalam pendidikan maupun pekerjaan, misalnya karena kemampuan organisasi yang buruk atau tidak bisa menentukan prioritas. Kehidupan dan hubungan sosialnya juga bisa terhambat, contohnya sulit memiliki teman atau pasangan. ADHD tidak akan memicu gangguan psikologis atau perkembangan lain. Tetapi kondisi ini biasanya dapat dialami bersamaan dengan beberapa gangguan lain seperti depresi, gangguan bipolar, serta gangguan obsesif kompulsif atau OCD.
Jika menduga anak Anda mengalami sebagian besar gejala ADHD, sebaiknya segera membawanya ke dokter. Serangkaian pemeriksaan fisik serta psikologis akan dilakukan guna mendiagnosis jenis gangguan serta mengevaluasi pemicunya.


D.    PROGNOSA
a)      Ciri-Ciri Anak Hiperaktif
a.       Tidak ada perhatian
Ketidakmampuan memusatkan perhatian atau ketidakmampuan berkonsentrasi pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran. Dan sering tidak mendengarkan perkataan orang lain.
b.      Hiperakti
Mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus menerus, tidak mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur.
c.       Impulsif
Sulit untuk menunggu giliran dalam permainan, sulit mengatur pekerjaannya, bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.
d.      Menentang
Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap penentang, pembangkang atau tidak mau mengikuti peraturan. Misalnya, penderita akan marah jika dilarang berlari ke sana kemari, coret-coret atau naik-turun tak mau berhenti. Dan penolakannya juga bisa dalam bentuk cuek.

e.       Destruktif
Perilakunya bersifat destruktif atau merusak. Ketika menyusun lego misalnya, anak aktif akan menyelesaikannya dengan baik sampai lego tersusun rapi. Sebaliknya anak hiperaktif bukan menyelesaikannya malah menghancurkan mainan lego yang sudah tersusun rapi. Terhadap barang-barang yang ada di rumah, seperti vas atau pajangan lain, kecenderungan anak untuk menghancurkannya juga sangat besar. Oleh karena itu, anak hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-barang yang mudah dipegang dan mudah rusak.

f.       Tanpa tujuan
Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas. Kalau anak aktif, ketika naik ke atas kursi punya tujuan, misalnya ingin mengambil mainan atau bermain peran sebagai Superman. Anak hiperaktif melakukannya tanpa tujuan. Dia hanya naik dan turun kursi saja.
g.      Tidak sabar dan usil
Yang bersangkutan juga tidak memiliki sifat sabar. Ketika bermain dia tidak mau menunggu giliran. “Ketika dia ingin memainkan mobil-mobilan yang sedang dimainkan oleh temannya, dia langsung merebut tanpa ba-bi-bu,” komentar Sani. Tak hanya itu, anak hiperaktif pun  seringkali mengusili temannya tanpa alasan yang jelas. Misalnya, tiba-tiba memukul, mendorong, menimpuk, dan sebagainya meskipun tidak ada pemicu yang harus membuat anak melakukan hal seperti itu.


b)      Faktor-Faktor Penyebab Hiperaktif pada Anak
Beberapa hal yang dapat menyebabkan perilaku hiperaktif ialah :
·         Kondisi saat hamil & persalinan. Misalnya keracunan pada akhir kehamilan (ditandai dengan tingginya tekanan darah, pembengkakan kaki & ekskresi protein melalui urin), cedera pada otak akibat komplikasi persalinan.
·         Cedera otak sesudah lahir,yang disebabkan oleh benturan kuat pada kepala anak.
·         Tingkat keracunan timbal yang parah dapat mengakibatkan kerusakan otak. Hal ini ditandai dengan kesulitan konsentrasi, belajar dan perilaku hiperaktif. Polusi timbal berasal dari industri peleburan baterai, mobil bekas, asap kendaraan atau cat rumah yang tua. Obat untuk mengeluarkan timbal dari dalam tubuh hanya diberikan dibawah pengawasan dokter bagi anak kadar timbalnya sudah sangat tinggi, karena obat tersebut mempunyai efek samping.
·         Lemah pendengaran, yang disebabkan infeksi telinga sehingga anak tidak dapat mereproduksi bunyi yang didengarnya. Akibatnya, tingkah laku menjadi tidak terkendali & perkembangan bahasanya yang lamban. Segeralah hubungi dokter THT jika anak menunjukkan ciri berikut : perkembangan bahasa yang lambat, lebih banyak memperhatikan mimik lawan bicara & lebih banyak berreaksi terhadap perubahan mimik & isyarat.
·         Faktor psikis, yang lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan anak dengan dunia luar. Meskipun jarang, hubungan dengan anggota keluarga dapat pula menjadi penyebab hiperaktivitas. Contoh kasus, orang tua yang bersikap sangat tegas menyuruh anak berdiri 15 menit di pojok ruangan untuk mengatasi ketidakdisiplinannya. Tapi setelah 15 menit berlalu, maka anak malah mempunyai energi berlebih yang siap meledak dengan akibat lebih negatif dibanding kesalahan sebelumnya.

















E.     PATWAYS
Kongiental

Anak yang hiperaktif


         Neurologis                                             herediter                                          lingkungan



-Dophamint                                                                                                -Kecemasan yang
-Norepinephrine                                  Faktor biologis                                 tinggi sewakti kecil
-Cidera otak traimat

 





   Pengaturan                                                                                                     Pikiran bekerja
   Neurotransmiter                                                                                             sangat baik
   terpengaruh
 



ADHD
 
Anak menjadi
Sulit mengendalikan
diri

F.     TERAPI
Meski tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, ada beberapa jenis obat serta terapi untuk ADHD yang dapat dipilih. Langkah-langkah penanganan ini dilakukan guna meringankan gejala sehingga penderita dapat menikmati hidup yang normal dan lebih berkualitas.
Meski demikian, tidak ada jalan pintas untuk menangani ADHD. Dibutuhkan komitmen waktu, emosi, serta finansial untuk menemukan kombinasi metode penanganan ADHD yang tepat dan cocok untuk Anda atau anak Anda
1.      Penanganan dengan Obat-obatan
Meski tidak bisa menyembuhkan, obat-obatan dapat mengurangi gejala-gejala ADHD. Terdapat empat jenis obat yang biasa digunakan, yaitu methylphenidate, dexamfetamine, lisdexamfetamine, dan atomoxetine.
Methylphenidate, dexamfetamine, dan lisdexamfetamine termasuk dalam golongan obat stimulan. Obat-obatan ini akan memicu peningkatan aktivitas otak, terutama pada bagian yang mengendalikan kemampuan konsentrasi dan perilaku. Efek obat-obat ini adalah penderita menjadi lebih tenang, kurang impulsif, dan bisa fokus.
Methylphenidate umumnya digunakan untuk remaja dan anak-anak di atas enam tahun. Jika pasien tidak cocok dengan obat ini, dokter akan menggantinya dengan dexamfetamine. Sementara dexamfetamine dianjurkan untuk anak-anak di atas usia tiga tahun.
Jika obat jenis stimulan tidak cocok untuk pasien, misalnya karena alasan kesehatan tertentu, dokter biasanya akan memberikan atomoxetine. Obat ini termasuk jenis selective noradrenaline reuptake inhibitor (SNRI). SNRI akan meningkatkan kadar senyawa noradrenalin dalam otak sehingga dapat membantu daya konsentrasi dan mengendalikan impuls. Atomoxetine bisa diresepkan untuk remaja dan anak-anak di atas enam tahun.
Semua obat pasti memiliki efek samping, termasuk obat-obatan untuk ADHD. Beberapa efek samping yang umum terjadi saat menggunakannya adalah sakit kepala, tidak nafsu makan, dan gangguan pencernaan. Tetapi pengguna atomoxetine harus lebih waspada karena obat ini juga diduga dapat memicu efek samping yang lebih serius, yaitu memicu keinginan bunuh diri serta kerusakan hati.
Pasien yang sudah menjalani langkah penanganan sebaiknya memeriksakan diri secara rutin ke dokter sampai gejala-gejala ADHD berkurang secara signifikan. Setelah kondisinya membaik pun, pasien tetap dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan secara berkala.

2.      Penanganan Melalui Terapi
Selain obat, penanganan ADHD dapat dilengkapi dengan terapi. Metode ini juga berguna untuk menangani gangguan-gangguan lain yang mungkin menyertai ADHD, misalnya depresi. Jenis-jenis terapi yang dapat menjadi pilihan meliputi:
·         Terapi perilaku kognitif atau CBT (cognitive behavioural therapy). Terapi ini akan membantu penderita ADHD untuk mengubah pola pikir dan perilaku saat menghadapi masalah atau situasi tertentu.
·         Terapi psikologi. Penderita ADHD akan diajak untuk berbagi cerita dalam terapi ini, misalnya kesulitan mereka dalam mengatasi gejala-gejala ADHD dan mencari cara untuk mengatasi gejala.
·         Pelatihan interaksi sosial. Jenis terapi ini dapat membantu penderita ADHD untuk memahami perilaku sosial yang layak dalam situasi tertentu. Orang-orang yang dekat dengan penderita ADHD seperti orang tua, saudara, serta guru juga membutuhkan pengetahuan serta bantuan agar dapat membimbing para penderita. Berikut ini beberapa jenis terapi dan pelatihan yang mungkin dapat berguna.
·         Terapi perilaku. Dalam terapi ini, orang tua serta perawat penderita ADHD akan dilatih untuk menyusun strategi guna membantu si penderita dalam berperilaku sehari-hari dan mengatasi situasi yang sulit. Misalnya dengan menerapkan sistem pujian untuk menyemangati pasien.
·         Program pelatihan dan pengajaran untuk orang tua. Selain membantu orang tua untuk lebih memahami perilaku penderita ADHD, langkah ini juga dapat memberikan gambaran tentang bimbingan spesifik yang dibutuhkan penderita.
Terdapat beberapa saran terapi yang menurut para ahli dapat digunakan untuk menangani anak-anak dengan ADHD.
No
Nama Terapi
1
Terapi Bermain
2
Terapi Medis
3
Terapi Back in Control

1.      Terapi Bermain
Terapi bermain sering digunakan untuk menangani anak-anak dengan ADHD. Melalui proses bermain anak-anak akan belajar banyak hal, diantaranya :
·         Belajar mengenal aturan
·         Belajar mengendalikan emosi
·         Belajar menunggu giliran
·         Belajar membuat perencanaan
·         Belajar beberapa cara untuk mencapai tujuan melalui proses bermain

2.      Terapi Medis
Beberapa bukti ilmiah menunjukkan bahwa ADHD berhubungan dengan fungsi otak, terutama pada bagian yang bertanggung jawab mengatur pemusatan perhatian, konsentrasi, pengaturan emosi, dan pengendalian perilaku. Terapi medis biasanya berupa pemberian beberapa macam obat dengan sasaran area tersebut, yaitu membantu memusatkan perhatian dan mengendalikan perilaku, termasuk perilaku agresif.


3.      Terapi Back in Control
Beberapa penelitian terakhir membuktikan bahwa cara terbaik untuk menangani anak dengan  ADHD adalah dengan mengkombinasikan beberapa pendekatan dan metode penanganan. Program terapi “Back in Control” dikembangkan oleh Gregory Bodenhamer. Program ini berbasis pada sistem yang berdasar pada aturan, jadi tidak tergantung pada keinginan anak untuk patuh. Program ini lebih cenderung ke sistem training bagi orang tua yang diharapkan dapat menciptakan sistem aturan yang berlaku di rumah sehingga dapat mengubah perilaku anak.

Demi efektivitas program, sebaiknya orang tua bekerja sama dengan pihak sekolah untuk melakukan proses yang sama bagi anaknya ketika dia di sekolah. Orang tua harus selalu melakukan monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan dan konsisten atas program yang dijalankan. Begitu juga ketika program ini dilaksanakan bersama-sama dengan pihak sekolah  maka orang tua sangat memerlukan keterlibatan guru dan petugas di sekolah untuk melakukan proses monitoring dan evaluasi.


Dalam program ini, yang harus dilakuan orang tua adalah :
a.       Definisikanlah aturan secara jelas dan tepat. Buat aturan sejelas mungkin sehingga pengasuh pun dapat mendukung pelaksanaan tanpa banyak penyimpangan.
b.      Jalankan aturan tersebut dengan ketat
c.       Jangan memberi imbalan atau hukuman atas tanggapan terhadap aturan itu. Jalankan saja sesuai yang sudah ditetapkan
d.      Jangan pernah berdebat dengan anak tentang sebuah aturan. Gunakan kata-kata kunci yang tidak akan diperdebatkan.
ADHD memang tidak bisa disembuhkan, tapi diagnosis dan penanganan yang tepat sejak dini dapat membantu penderita dalam beradaptasi dengan kondisi dirinya.



BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
1)      Domain 12 Kenyamann
·         Tidak bisa bermain dengan tenang
·         Susah berdiam diri, menggeliat, gelisah dan sering berdiri kembali ketika duduk
·         Selalu bergerak, seperti berlari atau memanjat sesuatu
·         Tidak bisa duduk dengan tenang
2)      Domain 11 keamanan dan perlindungan
Bertindak impulsive tanpa memikirkan konsekuensinya, seperti berlari di tengah acara formal, mengejar sesuatu yang berbahaya, sehingga dapat terjadi riwayat cidera fisik.
3)      Domain 4 aktifitas
Memiliki kecenderungan susah tidur dan mengigau saat tidur
4)      Domain 13 pertumbuhan/perkembangan
Anak dapat tampak imatur dan terlambat tingkat perkembanganya

B.     DIAGNOSA
1.      Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan disabilitas perkembangan (hiperaktivitas).
2.      Perubahan proses pikir berhubungan dengan gangguan kepribadian.
3.      Resiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan anak dengan gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas.
4.      Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif)
5.      Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan penyakit mental (hiperaktivitas), kurang konsentrasi.


PATWAY KEPERAWATAN
Kongiental

Anak yang hiperaktif

         Neurologis                                             herediter                                          lingkungan
 



-Dophamint                                                                                                -Kecemasan yang
-Norepinephrine                                  Faktor biologis                                 tinggi sewakti kecil
-Cidera otak traimat
 



     Pengaturan                                                                                                   Pikiran bekerja
     Neurotransmiter                                                                                           sangat baik
     terpengaruh
Isolasi sosial berhubungan dengan perilaku sosial tidak di terima
 
Resiko cidera berhubungan dengan disfungsi biokimia
 
 


Anak menjadi
Sulit mengendalikan
diri
1.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan control tidur
2.      Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan penyakit mental
( hiperaktivitas ), kurang konsentrasi
 
 







C.     INTERVENSI
1.      Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan disabilitas perkembangan (hiperaktivitas).domain 4 aktifitas/istirahat

NOC                : Ketrampilan interaksi social
Tujuan             : Pasien mampu menunjukan interaksi social yang baik.
Kriteria Hasil   :
·         Menunjukan perilaku yang dapat meningkatkan atau memperbaiki interaksi social
·         Mendapatakan atau meningkatkan ketrampilan interaksi social (misalnya: kedekatan, kerja sama, sensitivitas dan sebagainya).
·         Mengungkapkan keinginan untuk berhubungan dengan orang lain.
·         Indicator skala :
1)      Tidak ada
2)      Terbatas
3)      Sedang
4)      Banyak
NIC : Peningkatan sosialisasi, aktivitas keperawatan :
·         Kaji pola interaksi antara pasien dan orang lain
·         Anjurkan pasien untuk bersikap jujur dalam berinteraksi dengan orang lain dan menghargai hak orang lain.
·         Identifikasi perubahan perilaku yang spesifik.
·         Bantu pasien meningkatkan kesadaran akan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain.
·         Berikan umpan balik yang positif jika pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.



2.      Perubahan proses pikir berhubungan dengan gangguan kepribadian.

NOC               : Konsentrasi
Tujuan             : Pasien dapat berkonsentrasi secara penuh terhadap obyek atau                                 benda- benda disekitarnya
Kriteria Hasil  :
·         Menunjukan proses pikir yang logis, terorganisasi.
·         Tidak mudah terganggu / focus terhadap sesuatu
·         Berespon dengan baik terhadap stimulus.
·         Indikator skala :
1)      Tidak pernah
2)      Jarang
3)      Kadang-kadang
4)      Sering
5)      Konsisten
NIC : Pengelolaan Konsentrasi, aktivitas keperawatan :
·         Berikan pada anak yang membutuhkan ketrampilan dan perhatian
·         Kurangi stimulus yang berlebihan terhadap orang-orang dan lingkungan dan orang/bebda-benda disekitarnya.
·         Berikan umpan balik yang positif dan perilaku yang sesuai.
·         Bantu anak untuk mengidentifikasikan benda-benda disekitarnya seperti, memberikan permainan-permainan yang dapat merangsang pusat konsentrasi.
·         Kolaborasi medis dalam pemberian terapi obat stimulan untuk anak dengan gangguan pusat konsentrasi.
  

3.      Resiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan anak dengan gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas. Domain 7 hubungan peran

NOC               :  Menjadi orang tua
Tujuan             :  Orang tua mampu menghadapi kemungkinan resiko yang terjadi
    terhadap anak dengan hiperaktivitas.
Kriteria Hasil :
·         Mempunyai harapan peran orang tua yang realistis
·         Mengidentifikasi factor-faktor resiko dirinya yang dapat mengarah menjadi orang tua yang tidak efektif.
·         Mengungkapkan dengan kata-kata sifat positif dari anak.
·         Indikator skala :
1)      Tidak sama sekali
2)      Sedikit
3)      Sedang
4)      Kuat
5)      Adekuat total
NIC : Peningkatan Perkembangan, aktivitas keperawatan :
·         Berikan informasi kepada orang tua tentang bagaimana cara mengatasi perilaku anak yang hiperaktif.
·         Ajarkan pada orang tua tentang tahapan penting perkembangan normal dan perilaku anak.
·         Bantu orang tua dalam mengimplementasikan program perilaku anak yang positif.
·         Bantu keluarga dalam membuat perubahan dalam lingkungan rumah yang dapat menurunkan perilaku negative anak.


4.      Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif). Domain 11 keamanan/perlindungan

NOC               :  Pengendalian Resiko
Tujuan             :  Klien dapat terhindar dari resiko cedera
Kriteria Hasil   :
·         Mengubah gaya hidup untuk mengurangii resiko.
·         Pasien/keluarga akan mengidentifikasikan resiko yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap cedera.
·         Orang tua akan memilih permainan, memberi perawatan dan kontak social lingkungannya dengan baik.
·         Indikator skala :
1)      Tidak pernah
2)      Jarang
3)      Kadang-kadang
4)      Sering
5)      Konsisten
NIC : Mencegah Jatuh, aktivitas keperawatan :
·         Identifikasikan factor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan, misalnya: perubahan status mental, keletihan setelah beraktivitas, dll.
·         Berikan materi pendidikan yang berhubungan dengan strategi dan tindakan untuk mencegah cedera.
·         Berikan informasi mengenai bahaya lingkungan dan karakteristiknya (misalnya : naik tangga, kolam renang jalan raya, dll )
·         Hindarkan benda-benda disekitar pasien yang dapat membahayakan dan menyebabkan cidera.
·         Ajarkan kepada pasien untuk berhati-hati dengan alat permainannya dan intruksikan kepada keluarga untuk memilih permainan yang sesuai dan tidak menimbulkan cedera.
5.      Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan. penyakit mental (hiperaktivitas), kurang konsentrasi.

NOC               :  Child Development
Tujuan             :  Pasien tidak mengalami keterlambatan perkembangan
Kriteria Hasil   :
·         Anak akan mencapai tahapan dalam perkembangan yaitu tidak mengalami keterlambatan 25 % atau lebih area sosial/perilaku pengaturan diri atau kognitif , bahasa, keterampilan motorik halus dan motorik kasar.
·         Indikator skala :
1)      Tidak pernah menunjukkan
2)      Jarang
3)      Kadang-kadang
4)      Sering
5)      Konsisten
NIC: Meningkatan Perkembangan
·         Lakukan pengkajian kesehatan yang seksama (misalnya, riwayat anak, temperamen, budaya, lingkungan keluarga, skrining perkembangan) untuk menentukan tingkat fungsional.
·         Berikan aktivitas bermain yang sesuai, dukung beraktivitas dengan anak lain.
·         Kaji adanya faktor resiko pada saat prenatal dan pasca natal.
·         Berkomunikasi dengan pasien sesuai dengan tingkat kognitif pada perkembangannya.
·         Berikan penguatan yang positif/umpan balik terhadap usaha-usaha mengekspresikan diri.
·         Ajarkan kepada orang tua tentang hal-hal penting dalam perkembangan anak.

D.    EVALUASI
1.      Kemampuan interaksi sosial
2.      Proses pikir
3.      Fokus terhadap sesuatu
4.      Respon terhadap stimulus
5.      Harapan peran orang tua
6.      Mengungkapkan dengan kata sifat positif
7.      Gaya hidup untuk mengurangi resiko



DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E. 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC
Betz, Cecily L. Buku saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.
Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. Jakarta: Morsby.
McCloskey, Cjoane, dkk. 1995.NIC. Jakarta: Morsby.


1 komentar:

falkhaake mengatakan...

Gambling site reviews for UK casino sites. Get free £30 bonus
Gambling site reviews 넷마블 포커 for UK 바카라몬 casino sites. Get free 손 풀기 게임 £30 bonus for 토토꽁머니 Gambling site reviews for UK casino 토토 폴리스 sites. Get free £30 bonus for

Nursing English Modul

Nursing English Modul Akes Karya Husada Yogyakarta   BOOK 1 JOGJAKARTA  2014 CONTENT OF BOOK 1 1.       C...